E K O N O M I INTERNASIONAL
INTRODUKSI
Ilmu
Ekonomi Internasional adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari segala
sesuatu mengenai hubungan ekonomi antar-negara dan keterkaitan ilmu ekonomi
mikro (penentuan harga/alokasi sumber) dengan ilmu ekonomi makro (pendapatan
nasional/GNP, perkapita/GDP dan sumber daya agregat).
Bentuk
hubungan ekonomi internasional, baik pertukaran maupun utang/piutang,
menggambarkan kedudukan ekonomi suatu negara dalam hubungannya dengan negara
lain. Beda hubungan ekonomi antar-negara dengan antar-daerah dalam satu negara
:
1. perbedaan dalam mata uang
2. beda peraturan-peraturan yang
dikeluarkan oleh
Pemerintah
3. derajat mobilitas sumber daya
4. perbedaan lain : hukum, budaya, adat-istiadat,
politik, selera.
Jarang
sekali ada negara yang ekonominya benar-benar tertutup, oleh karena itu perlu
dipelajari ekonomi internasional. Setiap ada perubahan permintaan atau
penawaran agregat di pasar dunia, termasuk harga, maka pengaruhnya dirasakan
dalam bentuk perubahan ekspor/impor dan secara tidak langsung juga pada
produksi dan harga di dalam negeri.
Renaissance = keinginan untuk mengeksplorasi dunia lain. Kelompok
merkantilisme sering dibedakan menjadi 2 :
1. kelompok Bullionist,
lebih tegas dalam mengaitkan tingkat kemakmuran negara dengan peningkatan stok
logam mulia, mendorong kebijakan ekonomi yang menghasilkan surplus ekspor,
logam mulia berfungsi sebagai uang, tokoh utama : Gerald Malynes
2. kelompok Merkantilis
murni, mengaburkan perbedaan uang dan modal (uang dianggap modal), masalah
suku bunga : menentang adanya riba, suku bunga rendah mendorong kegiatan
ekonomi. Harga terus meningkat, uang beredar perlu meningkat. Maka, uang
sangat penting. Jalan memperbanyak uang dengan perdagangan internasional.
Tokoh-tokoh
merkantilis murni antara lain :
Josiah
Child : perdagangan internasional
menghasilkan kemakmuran, menambah kekuasaan. Melalui perdagangan dan agama, ekspor
didorong, impor dibatasi. Ekspor logam mulia dilarang. Barang-barang ekspor
diberi subsidi supaya dapat dijual murah, meningkatkan kurs asing, menjatuhkan
mata uang sendiri. Ekspor bahan mentah dilarang agar harganya di dalam negeri
tetap rendah. Barang modal dan tenaga teknisi dilarang diekspor. Upah
dipertahankan pada tingkat serendahnya, agar harga-harga di dalam negeri tetap.
James
Stenard :
golongan rakyat terendah dalam negara
pedagang harus ditekan sampai pemenuhan kebutuhan fisik saja. Usahakan
memperoleh monopoli perdagangan dan daerah jajahan.
Thomas
Mun/Louis XIV (PM Perancis) : dikenal dengan
sebutan Colbertisme, menitikberatkan
pada perkembangan industri dalam negeri daripada perdagangan internasional.
Von
Hornigh/Beker : memperkenalkan Cameralisme,
upaya pegawai keuangan memupuk logam mulia untuk kepentingan kerajaan melalui
kebijakan fiskal.
Kesatuan
pandangan kelompok Bullionist dan Merkantilis murni : pemerintah harus
mengatur perdagangan luar negeri secara ketat demi pembinaan negara nasional
yang kuat. Timbulnya negara nasional yang kuat ini merupakan awal dari
Kapitalisme.
TEORI KLASIK
Akhir
abad 18 : mulai hilangnya campur tangan Pemerintah atas perdagangan luar
negeri.
Richard
Cantilon : keluar/masuk logam mulia
di suatu negara erat hubungannya dengan tingkat harga barang/jasa di negara
itu, dan berpengaruh pada neraca perdagangan.
David
Hume : usaha untuk menumpuk logam
mulia dengan ekspor sia-sia karena hanya akan menyebabkan kenaikan impor.
Penumpukan logam mulia oleh perorangan menghambat kegiatan ekonomi (idle
money).
John
Locke (teori
kuantitas uang) : surplus ekspor
akan menaikkan harga-harga di dalam negeri dan menambah jumlah uang beredar. Price-Specie
flow mechanism (mekanisme penyesuaian
neraca perdagangan) : harga barang/jasa di dalam negeri naik maka
konsumen mencari harga lebih murah di negara lain dan meningkatkan impor. Specie
= logam mulia.
Adam
Smith : perdagangan internasional harusnya didasari azas
saling menguntungkan. Ekspor adalah barang berlebih atau barang unggulan saja
agar tidak terjadi perang harga. Perdagangan antar-negara yang bebas dan tidak
terhalang berbagai peraturan pemerin-tah akan memberi hasil maksimal, karena
masing-masing negara akan melakukan spesialisasi dalam produksi yang paling
cocok/menguntungkan. Kritik Smith
atas Merkantilisme :
a) definisi kemakmuran, bukan banyaknya logam mulia,
tetapi banyaknya barang-barang yang dimiliki. Mengembangkan stok produk negara melalui
perdagangan, bukan perdagangan, karena semata-mata untuk menumpuk logam mulia
melalui surplus ekspor
b) doktrin negara nasional yang kuat, sebatas terhadap
militer dari luar, tata hukum dan keadilan dalam negeri, atau melaksanakan
pekerjaan umum. Usaha lain harus diserahkan kepada swasta.
Sumbangan
positif Smith :
v
spesialisasi internasional dalam produksi dengan
Natural Advantage (sumber alam) dan Acquirred Advantage (kemampuan/keterampilan/produk
yang belum diproduksi negara lain) dilakukan terus sampai menghasilkan Absolute
Advantage (negara mampu memproduksi barang/jasa dengan jam/hari kerja lebih
sedikit dibandingkan jika dibuat oleh negara lain)
v
Vent for surplus theory (teori pelemparan
surplus) kelebihan produksi suatu negara ditukar dengan kelebihan produksi
negara lain mencegah pemborosan.
Ricardo : teori
biaya komparatif : manfaat bersama
diperoleh bila masing-masing negara mengekspor barang-barang yang memiliki
keuntungan komparatif (Term Of Trade =TOT = 1:1).
Misalnya :
Biaya jam kerja per output
Kain Anggur DTD..
Portugal 90 80 1 : 1,125
Inggris 100 120 1 : 0,200
Portugal
memiliki Absolute advantage kedua jenis barang, perdagangan 2 negara
dapat terjadi bila Portugal
produksi anggur saja, Inggris kain saja. Manfaat terbesar diterima Inggris, sbb
:
keuntungan Portugal = 90 – 80 = 10
keuntungan Inggris = 120 –100 =
20
TOT = 1 : 1 artinya, Portugal memperoleh 1 unit kain Inggris untuk tiap 1
unit anggurnya. Manfaat sama diperoleh bila, masing-masing negara menghasilkan
satu unit barang ekspor lebih murah daripada satu unit barang impor bila barang
ini harus diproduksi sendiri.
Kain Anggur
Portugal 90 80
Inggris 200 210 .
Hasil perdagangan internasional =
negara dan rakyat menjadi makmur dan juga seluruh dunia. Manfaat : 1)lebih
banyak barang diproduksi, 2)lebih banyak konsumsi.
Kain Anggur
Portugal 90 80
Inggris 85 95 .
John Stuart Mill
: TOT tidak harus 1 : 1,
sepanjang ada penawaran/permintaan antara 2 negara bisa
terjadi perdagangan.
Kain Anggur DTD..
Portugal 30
20 1 : 1,5
Inggris 15 30 1 : 2,0 .
TOT 1 : 1, yaitu Portugal
melepas 1 anggur untuk 1 kain Inggris. Padahal di dalam negeri, Portugal
melepas 1 kain untuk 1,5 anggur. Maka TOT- nya harus lebih besar dari DTD (TOT
> DTD minimal). Di dalam negeri Inggris melepas 2 anggur untuk 1 kain. Maka
TOT yang adil = 1 : 1,75. Jadi, 1,5 < DTI < 2,0. Portugal melepas 1 anggur untuk 1,75 kain (hemat = 0,25), Inggris melepas 1,75 kain
untuk 2 anggur (hemat = 0,25).
Syarat kedua Ricardo
: keseimbangan internasional tercapai bila nilai total ekspor = nilai total
impor tidak harus tercapai. Sebab, ada hukum persamaan permintaan internasional
= hasil produksi suatu negara ditukar dengan hasil negara lain, nilai ekspornya
dapat secara tepat digunakan untuk membayar nilai impor. Kecuali, ada negara curang yang memalsukan data biaya dan DTD.
Asumsi-asumsi Ricardo
dan Mill :
1.
Berlaku bagi 2 negara 2 barang, dan mengadaptasi asumsi
klasik = dilakukan dengan "barter"
2.
Nilai dengan dasar jam kerja/ labour theory of value
tidak realistis, tapi efektif karena kombinasi modal dan labour dalam proporsi
yang tetap efeknya sama dengan tanpa kombinasi
3.
Tidak ada perubahan teknologi, bila ada, masing-masing
negara prefer diversifikasi daripada spesialisasi produk
4.
Biaya produksi per satuan konstan, bila berlaku hukum
biaya yang meningkat/menurun (Bastable), spesialisasi menjadi tidak
sempurna
5.
Keterbatasan gerak faktor produksi antar-negara, tetapi
bebas di dalam negeri. Hal-hal seperti ketidakcocokan keterampilan dengan
pekerjaan dan pendidikan, monopoli golongan, kebiasaan tertentu, diskriminasi,
dianggap tidak ada
6.
Biaya transport nol
7.
Kondisi pasar berada pada persaingan sempurna (barang homogen). Yang
sebenarnya, selalu ada non-competing labour group = tenaga kerja yang tidak
bersaing, misalnya dokter, guru dll
8.
Kemakmuran lewat perdagangan internasional dapat
dicapai dengan syarat : (1)tenaga kerja full employment dan dapat pindah
kerja dengan cepat, (2)distribusi pendapatan tetap.
Senior : tingkat upah
berupa uang di suatu negara harusnya ditentukan produktivitas tenaga kerja
dibandingkan barang serupa yang dihasilkan negara lain, dan vice versa
(kebalikan). Tidak setuju bahwa tingkat upah yang tinggi menghambat perdagangan
antar-negara. Pendukung = Cairnes, Bastable,
Marshall Pigou, Edgeworth.
Cairnes : bilamana
persaingan sempurna tidak ada, harga barang/jasa tidak ditentukan melulu dari
biaya produksi, tetapi juga "permintaan timbal-balik". Upah
timbal-balik (vice versa) dengan
produktivitas. Hukum permintaan timbal-balik = hukum persamaan permintaan
internasional = nilai ekspor/impor sama = keseimbangan internasional.
Bastable : dengan adanya
biaya meningkat/menurun dalam tingkat produktivitas, maka profit naik, dan
selayaknya tingkat upah naik.
Taussig : teori biaya
komparatif (mirip Ricardo) akan
mengekspor barang/jasa yang harga/biayanya di dalam negeri relatif rendah
terhadap harga barang/jasa serupa di luar negeri, dan mengimpor barang/jasa
yang harga/biayanya relatif tinggi bila diproduksi sendiri. Asumsinya : biaya
produksi = tenaga kerja dan bunga. Upah dibagi 2, upah riil (cermin poduktivitas)
dan upah uang (naik/turun sesuai tingkat harga). Kemungkinan terjadi
perdagangan antara 2 negara karena :
1. absolute differences in costs = beda biaya mutlak suatu barang, misalnya : kedelai
di Amerika, minyak Arab, pisang Brasil dll
2.
comparative differences in cost = perbandingan
biaya 2 barang dan 2 negara, misalnya : beras Jepang dan beras Indonesia
3.
equal differences in costs = beda biaya upah di
2 negara itu, TOT = 1 : 1.
Dalam hal situasi 1
dan 2, perdagangan dapat terjadi terus. Dalam kondisi 3, hanya sementara sampai
upah uang tercermin pada harga, yaitu harga menjadi sama dan perdagangan
menjadi tidak menguntungkan kedua belah pihak karena biaya transportasi.
Graham : kesulitan perdagangan
internasional :
v
apabila 2 negara itu mempunyai kekuatan ekonomi
relatif seimbang : a)seluruh keuntungan jatuh ke tangan negara yang lebih
kecil/lemah, negara yang satunya tetap, b)negara yang lebih besar tetap
memproduksi kedua macam barang, c)dua negara akan berebut spesialisasi
pada produk yang memiliki biaya komparatif terrendah, karena pada TOT (1 : 1),
akan mengeruk keuntungan
v
apabila tingkat konsumsi total 2 barang tidak
sama, misalnya antara mobil dan korek api, a)seluruh keuntungan jatuh ke tangan
negara yang lebih besar, negara yang kecil tetap, b)negara yang lebih kecil
akan tetap memproduksi kedua macam barang, c)dua negara berebut spesialisasi
barang yang mempunyai keuntungan komparatif besar, yaitu mobil. Tetapi tingkat
konsumsi total mobil kecil, maka negara yang lebih kecil tetap harus produksi korek
api juga.
INGAT : PERDAGANGAN luar negeri terjadi akibat
perbedaan harga antara 2 komoditi yang dijual di 2 negara itu. Perdagangan
multi-lateral tidak selalu bersifat langsung pembeli – penjual, tetapi bisa dengan
perantara yang tidak melakukan ekspor/impor, contoh Singapura dan Hongkong.
Haberler : biaya riil diganti biaya alternatif.
Biaya alternatif X : yaitu sejumlah
barang Y yang harus dikorbankan agar X dapat diproduksi. Biaya alternatif X dan
Y dinyatakan dalam garis kemungkinan produksi (production possibility line)
atau garis transformasi (transformation line). Pada dasarnya teori ini
tidak mengubah teori klasik, karena tetap berpandangan bahwa perdagangan
internasional timbul karena perbedaan dalam perbandingan ongkos produksi barang
yang diperdagangkan. Tetap mengutamakan masalah nilai dan bahwa penawaran semua
input inelastis. Contoh soal :
Biaya produksi per-unit produk
(X) dibanding per kg beras (Y) sbb :
Mobil 75.000 kg 15.000 kg
Tekstil 22,5 10
Beras 1 1
Televisi 4.500 100
Sabun 1,35 0,6
Telur 4,5 5
Tas 337,5 120
Kayu 168,75 300
Waktu produksi 1 kg beras di Indonesia
= 2 jam, di Jepang = 0,5 jam. Upah per jam, di Indonesia = Rp.100,- Jepang =
Y.150,-. Kurs valas : 1 Yen = Rp.6,-
1.
Produk mana yang diexpor Indonesia ?
Biaya produksi
per unit :
= upah * jam
kerja * kurs
Biaya 1 kg
beras :
Indonesia
= 100x2x1 = Rp.200,-
Jepang = 150x0,5x6 = Rp.450,-
Maka
Harga-harga sbb :
Mobil = 75.000
x 200 = 15.000.000
Mobil 15.000.000 6.750.000
Tekstil 4.500 4.500
Beras 200 450
Televisi 900.000 45.000
Sabun 270 270
Telur 900 2.250
Tas 67.500 54.000
Kayu 33.750 135.000
Diekspor =
beras, telur, kayu. Impor = mobil, tv,
tas. Tekstil dan sabun tidak diperdagangkan.
2.
Produk mana yang keuntungan komparatifnya paling besar
?
Dari
index harga : Mobil Jepang =
6.750.000
/ 15.000.000 x 100 = 45
Mobil 100 45
Tekstil 100 100
Beras 100 225
Televisi 100 5
Sabun 100 100
Telur 100 250
Tas 100 80
Kayu 100 400
Indonesia =
kayu. Jepang = tv
Dalam perdagangan
internasional : Devaluasi (atau melemahnya nilai mata uang) akan
meningkatkan ekspor. Bahkan, barang yang semula tidak dijual, diekspor. Inflasi dalam negeri menyebabkan nilai
mata uang melemah.